Selasa, 03 April 2012

askep Kejang Demam

Pengertian

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).

Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)


Etiologi

Penyebab dari kejag demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu :
  1. Obat – obatan
    racun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan
  2. Ketidak seimbangan kimiawi
    hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis
  3. Demam
    paling sering terjadi pada anak balita
  4. Patologis otak
    akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tik
  5. Eklampsia
    hipertensi prenatal, toksemia gravidarum
  6. Idiopatik
    penyebab tidak diketahui

Tanda dan Gejala

Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu :
  1. Kejang demam sementara
    • Umur antara 6 bulan – 4 tahun
    • Lama kejang lebih dari 15 menit
    • Kejang bersifat umum
    • Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam
    • Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
    • Eeg normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
  2. Kejang demam komplikata
    • Diluar kriteria tersebut diatas

Komplikasi
  1. Kejang berulang
  2. Epilepsi
  3. Hemiparese
  4. Gangguan mental dan belajar

Pemeriksaan Diagnostik
  1. Darah
    Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <>BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
    Elektrolit : K, Na
    Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
    Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
    Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
  2. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
  3. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
  4. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
  5. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
  6. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

Penatalaksanaan Medik
  1. Pemberian diazepam
    • dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan)
    • bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi ulangan setelah 20 menit.
  2. Turunkan demam
    • anti piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
    • kompres air biasa
  3. Penanganan suportif
    • bebaskan jalan nafas
    • beri zat asam

Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan Kejang Demam


Pengkajian

Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
  1. Data subyektif
    • Biodata/Identitas
      Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
      Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
    • Riwayat Penyakit
      1. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah betul ada kejang ?
        Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak
      2. Apakah disertai demam ?
        Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.
      3. Lama serangan
        Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
      4. Pola serangan
        • Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
        • Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik ?
        • Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
        • Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
          Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
      5. Frekuensi serangan
        Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
      6. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
        Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
      7. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
        Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
      8. Riwayat penyakit dahulu
        • Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
        • Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
      9. Riwayat kehamilan dan persalinan
        Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
      10. Riwayat imunisasi
        Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
      11. Riwayat perkembangan
        Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
        • Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
        • Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
        • Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
        • Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
      12. Riwayat kesehatan keluarga.
        • Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan)
        • Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya?
        • Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
      13. Riwayat sosial
        • Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak?
        • Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
      14. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
        • Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
        • Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
          • Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
          • Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?
          • Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
      15. Pola nutrisi
        • Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
        • Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
      16. Pola eliminasi
        • BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
        • BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
      17. Pola aktivitas dan latihan
        • Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya?
        • Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam?
        • Aktivitas apa yang disukai?
      18. Pola tidur/istirahat
        • Berapa jam sehari tidur?
        • Berangkat tidur jam berapa?
        • Bangun tidur jam berapa?
        • Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
  2. Data Obyektif
    • Pemeriksaan Umum
      Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
    • Pemeriksaan Fisik
      1. Kepala
        Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
      2. Rambut
        Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
      3. Muka/ wajah
        Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
      4. Mata
        Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
      5. Telinga
        Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
      6. Hidung
        Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
      7. Mulut
        Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
      8. Tenggorokan
        Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
      9. Leher
        Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
      10. Thorax
        Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
      11. Jantung
        Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
      12. Abdomen
        Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
      13. Kulit
        Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
      14. Ekstremitas
        Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
      15. Genetalia
        Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?


Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
  1. Risiko trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang
  2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


Intervensi

Diagnosa Keperawatan I :
Risiko trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang

Tujuan : Risk detection.

Kriteria Hasil :
  • Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
  • Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
  • Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
  • Pengetahuan tentang risiko
  • Memonitor faktor risiko dari lingkungan

Rencana Tindakan : NIC : Pencegahan jatuh
  • Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
    Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
  • Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
    Rasional : meningkatkan keamanan klien.
  • Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
    Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
  • Letakkan klien di tempat yang lembut.
    Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
  • Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
    Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
  • Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
    Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal.


Diagnosa Keperawatan II :
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Thermoregulation

Kriteria Hasil :
  • Suhu tubuh dalam rentang normal
  • Nadi dan RR dalam rentang normal
  • Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Rencana Tindakan : NIC : Fever treatment
  • Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
    Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
  • Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
    Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
  • Pertahankan suhu tubuh normal
    Rasional : Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
  • Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
    Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
  • Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
    Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
  • Atur sirkulasi udara ruangan.
    Rasional : Penyediaan udara bersih.
  • Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
    Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
  • Batasi aktivitas fisik
    Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar